Thursday, August 13, 2009
1. Green Children of WoolpitThe Green Children of Woolpit were two children who appeared in the village of Woolpit in Suffolk, UK, in the 12th century. The children were brother and sister and they had green colored skin. Their appearance was normal in all other areas. They spoke an unrecognized language and refused to eat anything other than pitch from bean pods. Eventually their skin lost its green color. When they learned English they explained that they were from the ‘Land of St Martin’ which was a dark place because the sun never rose far above the horizon. They claimed that they were tending their father’s herd and followed a river of light when they heard the sounds of bells – finding themselves in Woolpit.
Some of the more unusual theories proposed for the origin of the children are that they were Hollow Earth children, parallel dimension children, or Extraterrestrial children.
Adalah dua orang anak yang secara misterius muncul di desa Woolpit di Suffolk, Inggris pada abad ke-12. Kedua anak tersebut bersaudara, dan mempunyai kulit yang berwarna hijau (Hulk ???). Selain kulitnya yang hijau, kedua anak tersebut mempunyai penampilan yang normal seperti manusia kebanyakan. Mereka berbicara dalam bahasa aneh yang tidak dikenali dan tidak mau makan apapun kecuali kacang polong.
Setelah lama kelamaan, kulit kedua anak tersebut kehilangan warna hijaunya dan menjadi warna normal seperti warna kulit manusia pada umumnya. Setelah mempelajari Bahasa Inggris, keduanya menjelaskan bahwa mereka berasal dari suatu desa bernama “St. Martin” yang merupakan tempat yang gelap karena matahari tidak bersinar di sana. Ketika sedang menggembala ternak milik ayah mereka, mereka menemukan sebuah sungai dari cahaya dan mengikutinya, sampai tiba-tiba mereka telah berada di Woolpit. Beberapa teori menyatakan bahwa kedua anak tersebut adalah anak dari dimensi lain, atau alien dari luar angkasa.
2. Gil Pérez
Gil Perez was a Spanish soldier who suddenly appeared in Mexico City on October 26, 1593. He was wearing the uniform of the guards of the Del Gobernador Palace in the Philippines. He claimed to have no idea how he had managed to appear in Mexico. He stated that moments before finding himself there, he had been on sentry duty in Manila at the governor’s Palace. He told them that the governor (Don Gómez Pérez Dasmariñas) had just been assassinated.
Two months later, news arrived from the Philippines by ship. They carried news that confirmed that the governor had been killed and they verified other aspects of Perez’s story. Witnesses confirmed that Perez had indeed been on duty in Manila just before arriving in Mexico. In addition, one of the passengers on the ship recognized Perez and swore that he had seen him in the Philippines on October 23. Perez eventually returned to the Philippines and resumed his life – which was uneventful until his death.
Gil Perez adalah seorang tentara Spanyol yang secara tiba-tiba muncul di Meksiko pada 26 Oktober 1593. Ia mengenakan seragam penjaga Istana Del Gobernador di Filipina. Ia mengklaim bahwa ia sama sekali tidak mengetahui bagaimana caranya tiba-tiba dia berada di Meksiko (hmm… mungkin dia adalah Jumper yang pertama di dunia =P ). Ia mengatakan, sebelum tiba-tiba berada di Meksiko, ia sedang bertugas di Istana Del Gobernador dan mengatakan bahwa Gubernur Filipina saat itu, Don Gómez Pérez Dasmariñas baru saja dibunuh.
Dua bulan kemudian, sebuah kapal datang dari Filipina ke Meksiko membawa beberapa penumpang. Para penumpang tersebut membenarkan Cerita dari Gil Perez bahwa Gubernur Filipina memang baru saja terbunuh. Bahkan salah seorang penumpang. Salah seorang penumpang kapal bahkan menyatakan bahwa Ia mengenali Perez dan melihatnya di Filipina pada 23 Oktober (O_o). Setelah itu, Perez kemudian kembali ke Filipina dan melanjutkan hidupnya di sana sampai akhir hayatnya.
3. Man in the Iron Mask
The-Man-In-The-Iron-Mask-In-His-Prison-Giclee-Print-C12259021
The Man in the Iron Mask (died November 1703) was a prisoner held in a number of Jails (including the Bastille) during the reign of King Louis XIV of France. The true identity of the man is unknown because no one ever saw his face which was hidden by a black velvet mask. Fictional retellings of the story refer to the mask as an “Iron” mask. The first records that mention the prisoner are from 1669 when Louis XIV’s minister placed the prisoner in the care of the governor of the prison of Pignerol.
According to the letter that accompanied him, the man’s name was Eustache Dauger. The letter instructed the governor to prepare a cell with multiple doors – to prevent anyone outside from listening in. The prisoner was told that if he spoke to anyone of anything other than his immediate needs, he would be killed. The Governor was the only person who was to see the prisoner, and he provided him with his daily food. When the prisoner died, all of his belongings were destroyed. To this day, no one knows who he was.
Bukan, kita tidak sedang membicarakan Leonardo Di Caprio atau film Man In The Iron Mask yang dimainkan olehnya. Ternyata film tersebut terinspirasi dari seorang tokoh misterius di Perancis.
Man In The Iron Mask (Meninggal November 1973) adalah tahanan yang dikurung di sejumlah penjara di Perancis (termasuk penjara legendaris, Bastille) pada masa pemerintahan Raja Louis XIV. Identitas pria ini tidak pernah diketahui karena tidak ada yang pernah melihat wajahnya yang disembunyikan dalam sebuah topeng kulit berwarna coklat. Sekarang kita tahu, bahwa sejak jaman dahulu, orang suka membesar-besarkan cerita karena pada kisah-kisah yang beredar, diceritakan bahwa topeng tersebut terbuat dari baja yang menjadi awal nama julukan yang diberikan kepadanya.
Menurut surat yang diberikan kepada kepala Penjara di Pignerol (Bénigne Dauvergne de Saint-Mars) tempat pertama pria tersebut dipenjarakan, nama pria tersebut adalah Eustache Dauger. Dalam surat itu juga diinstruksikan agar disiapkan sebuah sel yang dilapisi dengan beberapa pintu (untuk mencegah orang dari luar mendengar suara dari dalam sel). Selain itu, juga dikatakan bahwa bila pria tersebut berbicara kepada orang lain selain untuk hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan pribadinya (contoh: “sipir.. saya mau be’ol..!!” =P ), dia akan dibunuh seketika. Hingga saat ini tidak ada yang tahu siapa identitas sebenarnya dari pria ini tapi ada beberapa rumor yang mengatakan bahwa Ia adalah saudara dari Louis XIV, Putra dari Raja Charles II, Diplomat dari Italia, dan lain-lain.
4. Comte St Germain style="font-style:italic;">
The Count of St. Germain (allegedly died February 27, 1784) was a courtier, adventurer, inventor, amateur scientist, violinist, amateur composer, and a mysterious gentleman; he also displayed some skills associated with the practice of alchemy. He was known as ‘Der Wundermann’ — ‘The Wonderman’. He was a man whose origin was unknown and who disappeared without leaving a trace. In 1745, Horace Walpole wrote of him:
…the other day they seized an odd man, who goes by the name of Count St. Germain. He has been here these two years, and will not tell who he is, or whence, but professes that he does not go by his right name. He sings, plays on the violin wonderfully, composes, is mad, and not very sensible. He is called an Italian, a Spaniard, a Pole; a somebody that married a great fortune in Mexico, and ran away with her jewels to Constantinople; a priest, a fiddler, a vast nobleman. The Prince of Wales has had unsatiated curiosity about him, but in vain. However, nothing has been made out against him; he is released; and, what convinces me that he is not a gentleman, stays here, and talks of his being taken up for a spy.
Since his death, various occult organizations have adopted him as a model figure or even as a powerful deity. In recent years several people have claimed to be the Count of St. Germain.
Count of St. Germain, yang diduga meninggal dunia pada 27 Februari 1784 adalah seorang bangsawan, petualang, peneliti amatir, pemain biola, komposer, dan seorang yang misterius. Dia juga menunjukkan beberapa keahlian yang berhubungan dengan ilmu kimia. Mitos, legenda dan spekulasi tentang St. Germain terus berkembang pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 dan berlanjut hingga saat ini. Di antaranya terdapat kepercayaan bahwa St. Germain adalah seorang yang immortal (hidup abadi), seorang ahli kimia yang mempunyai “Elixir of Life” (Cairan Keabadian), dan telah meramalkan terjadinya Revolusi Perancis.
Semenjak kematiannya, banyak organisasi Okultisme yang menjadikannya sebagai tokoh panutan yang dihormati, bahkan ada yang menyembah dirinya. Tidak sedikit pula yang mengaku-ngaku sebagai St. Germain atau merupakan jelmaan dari St. Germain.
5. D. B. Cooper
D. B. Cooper (aka “Dan Cooper”) is a pseudonym given to a notorious aircraft hijacker who, on November 24, 1971, after receiving a ransom payout of $200,000, leapt from the back of a Boeing 727 as it was flying over the Pacific Northwest somewhere over the southern Cascades.
Cooper has not been seen since and it is not known whether he survived the jump. In 1980, an eight year old boy found $5,800 of soggy $20 bills washed up on the banks of the Columbia river. The serial numbers matched those of the ransom money which had been noted to make it easier to track Cooper later.
Cooper escaped from the plane by jumping off the rear airstair with a parachute leading aviation authorities to add stricter measures about the design of planes to prevent it from happening again. In addition, this event caused airports to install metal detectors for the first time.
D.B. Cooper alias Dan Cooper adalah nama samaran yang digunakan oleh seorang pembajak pesawat terkenal dan misterius yang pada 24 November 1971, setelah menerima uang tebusan sebesar $200,000, terjun dari bagian belakang pesawat Boeing 727 yang dibajaknya. Pada aksi pembajakannya, Cooper membawa sebuah tas berisi bom dan mengancam akan meledakkannya, bila ia tidak diberikan uang sejumlah $200,000 dan 2 set parasut.
Cooper tidak terlihat sejak saat itu dan tidak diketahui apakah dia berhasil selamat dari penerjunannya. Pada tahun 1980, seorang anak kecil berumur 8 tahun menemukan uang sebanyak $5,800 dollar dalam pecahan $20 di tepi sungai Columbia di Amerika Serikat. Kode seri uang yang ditemukan tersebut sama dengan uang yang diberikan pada Cooper sebagai uang tebusannya.
Pelarian Cooper dari bagian belakang pesawat dengan menggunakan parasut, menyebabkan airport-airport mulai menggunakan metal detector untuk mencegah hal yang sama terulang kembali.
6. Fulcanelli
Fulcanelli (1839 – ?1953) is a pseudonym of a late 19th century French Alchemist and author whose identity is still unknown. Much mystery surrounds his life and works – leading to him being branded a cultural phenomenon. One of the more extravagant tales retells how his devoted pupil (Eugene Canseliet – pictured above) successfully transformed 100 grams of lead in to gold with the use of a small quantity of “Projection Powder” given to him by his teacher.
It is believed that on the verge of World War II, the Abwehr (German intelligence service) was in active (but fruitless) pursuit of Fulcanelli because of his knowledge of the technology of nuclear weapons. Fulcanelli had met with a French atomic physicist and given him accurate details regarding nuclear weapons technology and he claimed that atomic weaponry had been used against humanity in time long past.
“According to Canseliet (Fulcanelli’s student), his last encounter with Fulcanelli happened in 1953 (years after his disappearance), when he went to Spain and was taken to a castle high in the mountains for a rendezvous with his former master. Canseliet had known Fulcanelli as an old man in his 80s but now the Master had grown younger: he was a man in his 50s. The reunion was brief and Fulcanelli once again disappeared leaving no trace of his whereabouts. At this time, Fulcanelli would have been 114 years old.”
Fulcanelli adalah nama samaran ahli kimia dari Perancis di akhir abad 19 yang identitasnya masih belum diketahui. Banyak misteri yang menyelubungi dirinya, namun salah satu rumor yang paling terkenal adalah cerita yang menyatakan bagaimana murid kesayangannya (Eugene Canseliet) berhasil mengubah 100 gram timah menjadi emas dengan menggunakan sedikit bubuk yang diberikan kepadanya oleh Fulcanelli.
Dipercaya bahwa pada masa Perang Dunia II intelijen Jerman gencar melakukan pencarian untuk menemukan Fulcanelli karena pengetahuannya dalam bidang senjata nuklir. Fulcanelli pernah menemui seorang pakar atom dari Perancis dan memberikan informasi detail yang berhubungan dengan teknologi nuklir dan mengklaim bahwa senjata atom telah digunakan oleh manusia sejak bertahun-tahun yang lampau.
Menurut Canseliet (murid Fulcanelli), pertemuan terakhirnya dengan Fulcanelli adalah pada tahun 1953 di Spanyol. Pada saat pertemuan itu, Fulcanelli yang seharusnya berumur 80 tahun bertumbuh lebih muda, dan tampak seperti pria berumur 50 tahun (O_o). Pertemuan itu sendiri cukup singkat, lalu Fulcanelli kembali menghilang dari publik untuk selamanya.
7. Kaspar Hauser
On May 26, 1828 a teenage boy appeared in the streets of Nuremberg, Germany. He carried a letter with him which was addressed to a captain of 6th cavalry regiment. The anonymous author said that the boy was given into his custody, as an infant, on the 7th October 1812, and that he had never let him “take a single step out of my house”. Now the boy would like to be a cavalryman, thus the captain should take him in or hang him. Hauser claimed that he had, for as long as he could think back, spent his life always totally alone in a darkened 2×1×1.5 metre cell (little more than the size of a one-person bed in area) with only a straw bed to sleep on and a horse carved out of wood for a toy. Hauser claimed that the first human being he ever had had contact with had been a mysterious man who had visited him not long before his release, always taking great care not to reveal his face to him. According to contemporary rumors – probably current as early as 1829 – Kaspar Hauser was the hereditary prince of Baden that was born on September 29, 1812 and had died within a month. It was claimed that this prince had been switched with a dying baby, and had indeed appeared 16 years later as “Kaspar Hauser” in Nuremberg. Hauser died after receiving a stab wound to the chest which was possible self-inflicted. He claimed he had been stabbed by the man who had kept him as an infant.
In 2002, the University of Münster analyzed hair and body cells from locks of hair and items of clothing that were alleged to belong to Kaspar Hauser. The DNA samples were compared to a DNA segment of Astrid von Medinger, a descendant in the female line of Stéphanie de Beauharnais, who would have been Kaspar Hauser’s mother if indeed he had been the hereditary prince of Baden. The sequences were not identical but the deviation observed is not large enough to exclude a relationship, as it could be caused by a mutation.
Pada 26 Mei 1828, seorang remaja terlihat di jalan di Nuremberg, Jerman. Ia membawa sebuah surat yang ditujukan bagi Kapten Resimen Kavalry ke-6 Jerman. Penulis surat misterius yang dibawa oleh Hauser menyatakan bahwa anak tersebut diberikan kepadanya untuk ditahan sejak ia masih bayi, pada 7 Oktober 1812, dan sejak saat itu anak tersebut dikurung di rumah pria tersebut. Hauser mengklaim bahwa sejak ia dapat mengingat sesuatu, ia telah dikurung sendirian di dalam ruangan gelap berukuran 2×1x1.5 meter dengan ranjang dari jerami sebagai tempat tidur dan kuda-kudaan kayu yang diukir dengan tangan sebagai mainannya. Hauser juga mengklaim bahwa orang pertama yang berinteraksi dengannya adalah pria misterius yang mengunjunginya beberapa saat sebelum ia dibebaskan, yang selalu berhati-hati agar wajahnya tidak terlihat oleh Hauser.
Menurut rumor, Hauser adalah Pangeran dari Baden yang dilahirkan pada 29 September 1812 dan meninggal sebulan kemudian. Dirumorkan bahwa Pangeran tersebut ditukar dengan bayi sekarat, sedangkan pangeran yang Asli adalah Hauser yang muncul 16 tahun kemudian di Nuremberg. Pada tahun 2002, University of Munster melakukan analisa DNA yang membandingkan DNA Hauser dan Stephanie de Beauharnais yang dirumorkan sebagai Ibu dari Hauser (Ratu dari Baden). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekuens DNA tidak identik tapi deviasi yang ditunjukkan tidak terlalu jauh sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa keduanya sama sekali tidak mempunyai hubungan darah.
8. Babushka Lady
During the analysis of the film footage of the assasination of John F. Kennedy in 1963, a mysterious woman was spotted. She was wearing a brown overcoat and a scarf on her head (the scarf is the reason for her name as she wore it in a similar style to Russian grandmothers – also called babushkas). The woman appeared to be holding something in front of her face which is believed to be a camera. She appears in many photos of the scene. Even after the shooting when most people had fled the area, she remained in place and continued to film. Shortly after she is seen moving away to the East up Elm Street. The FBI publically requested that the woman come forward and give them the footage she shot but she never did.
In 1970 a woman called Beverly Oliver came forward and claimed to be the Babushka Woman, though her story contains many inconsistencies. She is generally regarded as a fraud. To this day, no one knows who the Babushka Woman is or what she was doing there. More unusual is her refusal to come forward to offer her evidence.
Babushka Lady adalah nama julukan yang diberikan kepada sosok wanita misterius yang terlihat ketika terjadinya pembunuhan presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy. Wanita tersebut terlihat memakai jas panjang berwarna coklat, dan scarf di kepala, seperti yang biasa dipakai oleh para wanita lanjut usia di Russia. Scarf tersebutlah yang menjadi awal julukan babushka yang dilekatkan kepadanya (babushka merupakan bahasa Russia untuk nenek atau wanita lanjut usia). Wanita tersebut terlihat memegang sesuatu di depan wajahnya, yang diyakini merupakan kamera. Dia terlihat di beberapa foto yang mengabadikan lokasi kejadian pembunuhan tersebut. Bahkan setelah keramaian telah berakhir, ia masih terlihat di sana dan memotret dengan kameranya. Beberapa saat kemudian, FBI meminta melalui pengumuman publik agar Babushka Lady menyerahkan hasil jepretan kameranya (mungkin untuk keperluan penyelidikan), namun ia tidak pernah muncul lagi ke depan umum.
Pada tahun 1970, seorang wanita bernama Beverly Oliver, mengaku sebagai Babushka Lady. Namun karena ceritanya mengandung banyak kejanggalan dan inkonsistensi, ia dipercaya sebagai sosok palsu yang ingin numpang tenar =P Hingga saat ini tidak ada yang tahu siapa sosok Babushka Lady yang sebenarnya, apa yang ia lakukan di tempat kejadian pembunuhan dan alasan ia tidak mau menyerahkan hasil jepretan kameranya.
9. The Poe Toaster
800Px-Poegrave-Withcognac
The Poe Toaster is the nickname given to a mysterious man who pays annual tribute to Poe by visiting his grave every year. The strange tradition started in 1949 – a century are after Poe’s death, and it occurs every year on the author’s birthday (January 19). According to Wikipedia: “In the early hours of the morning on that date, a black-clad figure, presumed to be male, with a silver-tipped cane enters the Westminster Hall and Burying Ground in Baltimore, Maryland. The individual proceeds to Poe’s grave, where he or she raises a cognac toast. Before departing, the Toaster leaves three red roses and a half-bottle of cognac on the grave.”
The Toaster wears a black hat and coat and hides his face with a hood or scarf. Groups of reporters and admirers are often on hand to watch the event. There have been no attempts to interfere with the Toaster or to unmask him – most likely out of respect for the tradition.
The Poe Toaster (Orang yang bersulang dengan Poe) adalah julukan yang diberikan kepada sosok misterius yang memberikan penghormatan kepada penulis ternama dari Amerika, Edgar Allan Poe dengan cara mengunjungi makamnya, setiap tahun, di hari ultah Poe (19 Januari). Tradisi penghormatan tersebut dimulai sejak tahun 1949, satu abad setelah kematian Edgar Allan Poe (1849).
Setiap pagi di tanggal 19 Januari, sesosok dengan pakaian awut-awutan berwarna gelap mengunjungi makam Poe di Baltimore, Maryland. Sosok tersebut lalu mengangkat segelas cognac untuk melakukan toast (bersulang). Sebelum meninggalkan makam, ia meletakkan 3 tangkai mawar merah, dan botol cognac yang tinggal terisi separuhnya di makam poe. 3 tangkai mawar dipercaya merupakan perlambang penghormatan untuk Poe, Virginia (Istri Poe) dan Maria Clemm (Mertua Poe) yang dikuburkan dalam makam yang sama. Sedangkan maksud dari setengah botol cognac sendiri masih tidak diketahui. Tradisi yang dilakukan oleh Poe Toaster ini masih dilanjutkan sampai sekarang, namun dipercaya bahwa sudah tidak dilakukan oleh orang yang sama (mungkin diwariskan kepada keturunan Poe Toaster yang asli).
10. Monsieur Chouchani
Monsieur Chouchani (died 1968) is the nickname of an anonymous and mysterious Jewish teacher who taught a number of highly regarded students including Emmanual Levinas (pictured above) and Elie Wiesel in Europe after World War II. Very little is known about Chouchani, including his real name. His origins and entire life history were kept a closely guarded secret. His gravestone in Montevideo, Uraguay where he died reads: “The wise Rabbi Chouchani of blessed memory. His birth and his life are sealed in enigma.” The text was written by Elie Wiesel who also paid for the gravestone.
There is no known body of work by Chouchani himself, but he left a very strong intellectual legacy via his students. Chouchani dressed like a vagabond but was a master of vast areas of human knowledge, including science, mathematics, philosophy and especially the Talmud. Most of the details of his life that are known come from the writings and interviews with his students.
Monsieur Chouchani (meninggal pada tahun 1968) adalah nickname atau nama julukan yang diberikan pada sosok pengajar Yahudi yang mengajar beberapa siswa di Eropa setelah Perang Dunia ke-2. Kebanyakan siswanya kemudian berhasil menjadi tokoh ternama, diantaranya adalah Emanuel Levinas (Filsuf dari Perancis, foto seperti terlihat di atas), dan Elie Wiesel (Penulis Yahudi, Peraih nobel perdamaian pada tahun 1986). Sangat sedikit yang diketahui tentang Chouchani, termasuk siapakah nama sebenarnya juga masih misterius.
Tidak ada hasil karya fisik (seperti tulisan, publikasi, buku, dll) dari Chouchani, tapi ia meninggalkan warisan intelektual yang sangat luar biasa melalui murid-muridnya. Chouchani merupakan sosok nyentrik, berpenampilan seperti gelandangan, namun memiliki pengetahuan yang sangat luas di antaranya di bidang science, matematika, filosofi dan khususnya Talmud. Pada umumnya, detail mengenai kehidupan Chouchani didapatkan melalui tulisan dan hasil wawancara dengan murid-muridnya.
Post a Comment
0 Comments:
Post a Comment